Sejak saat itu Ajaran
Ilmu Samadhi, ada dua macam yaitu :
1.
Ilmu
Samadhi yang sesuai dengan ajaran yang diajarkan oleh para murid Syech
Sitijenar yang ditutupi atau oleh ajaran Rukun Islam.
Ajaran tersebut pada
jaman selanjutnya mengalami perubahan karena tidak sesuai lagi dengan ajaran
pada awal ilmu itu ada.
Sehingga para guru
pada jaman sekarang dalam menyampaikan pengajaran Ilmu Samadhi, yang telah
berganti nama menjadi Naksobandiyah dan juga Satariyah, mengira bahwa ilmu tersebut
perasal dari Jabalkuber atau Mekah, walaupun Ajaran Naksobandiyah dan Satariyah
yang asli itu ada, dan cara pengajarannya tidak sama seperti tersebut di atas.
Sehingga para Kyai
guru Agama Islam, memberi julukan Guru Klenik kepada para guru yang mengajarkan
Ilmu Samadhi yang berpedoman pada ajaran Jawa yang bersumber dari ajaran Syech
Sitijenar, dan Para Kyai Guru tersebut memberi julukan nama “Kiniyai” mengandung
maksud Guru yang mengajarkan ilmu setan.
Sedangkan sebutan
Kyai adalah hanya untuk guru yang mengajarkan Ilmu Nabi.
2.
Ajaran
Ilmu Samadhi cara Jawa, yang bersumber dari Kyai Ageng Pengging yang
dikembangkan oleh Syech Sitijenar (jaman sekarang diberi julukan klenik),
tersebut yang pada awalnya berdasar pada 5
pedoman, sebagaimana berikut :
2.1.
Setya
tuhu; sangat bersungguh-sungguh dan
jujur.
2.2.
Santosa;
berbuat adil, tanggung jawab tidak berbuat semaunya sendiri.
2.3.
Benar
dalam semua pekerjaan; Sabar; kasih sayang pada sesama, tidak mengunggulkan
dirinya sendiri, tidak berwatak kejam.
2.4.
Pinter
saliring kawruh, Pandai dalam banyak ilmu, terlebih lagi pandai menjaga
perasaan sesama, serta bisa mengendalikan nafsu amarah dalam diri, tidak
serakah terhadap harta benda.
2.5.
Susila
anor – raga, Selalu bersikap sopan santun, serta bersikap yang bisa
menyenangkan orang lain dan juga indah dalam berkata-kata apalagi terhadap
orang yang sedang menderita kesusahan.
Tindakan 5 macam tersebut harus dilakukan
bersama saat ketika menjalankan Samadhi, yaitu mengendalikan Cipta
mengheningkan cipta.
Oleh karena itu
menurut ajaran Jawa, tentang Ilmu Samadhi dan juga 5 macam tindakan tersebut di
atas, akan diajarkan kepada semua anak muda atau orang tua tidak memandang
tinggi rendahnya kelas dalam masyarakat.
Sebab inti ilmu dan
tinggi tingkatan ilmu seseorang apabila tetap dalam menjalankan Samadhi, dan mampu menjalan 5 ajaran tersebut
di atas, maka manusia akan mendapatkan ketentraman, sedangkan dengan adanya
ketentraman menyebabkan hidup merdeka dalam rasa.
Jika tidak demikian,
sampai dengan akhir jaman, seseorang akan mengalami nasib sengsara, tergilas
oleh roda jaman, sebab rusak hati nurani diri.
Tentang Ilmu Samadhi
yang diberi nama Ajaran Naksobandiyah dan Satariyah, yang berasal dari Syech
Sitijenar, telah dijelaskan di muka, namun tata caranya tidak dijelaskan.
Di sini hanya akan
menjelaskan tata cara melakukan Samadhi cara Jawa, sebelum tercampur dengan
Agama lain, sebagai berikut :
Semoga para pembaca
tidak salah terima, bahwa Samadhi itu, akan menghilangkan rasa hidup manusia
atau pun akan mengeluarkan ruh dari badan.
Pemahaman yang
demikian, berasal dari pemahaman yang terkandung dalam cerita “Sri Kresna” raja
Dwarawati, atau “Arjuna” yang sedang menjalankan “Raga Sukma”. Agar diketahui
di sini, bahwa cerita demikian hanya sebatas ibarat saja.
0 Response to "Macam-Macam Ajaran Ilmu Samadhi/Bertapa Cara Islam/ Syech Sitijenar"
Posting Komentar