PADA ZAMAN BELANDA
Sahabat
Rakyat Indonesia_ Tampaknya kita harus “berterima kasih” terhadap Pemerintah
kolonial Belanda dengan mulai
didirikannya pendidikan prasekolah di Indonesia secara terbatas.
Meskipun
pada umumnya diperuntukkan Pemerintah Belanda mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan presekolah tersebut terbatas untuk kalangan “londo” namun segelintir
priboemi juga beruntung dapat mencicipi pendidikan prasekolah tersebut yakni
mereka yang berketurunan ningrat atau yang bergelar bangsawan.
Kurikulum
pendidikan prasekolah yang diberlakukan pada masa itu diimpor dari belanda.
Kurikulum tersebut sangat diwarnai oleh pengaruh pendiikan ala Froebel yang
sanat menekankan penggunaan bermain dan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan
sebagai media kegiatan belajar anak.
Pendidikan
Taman Kanak-Kanak dalam zaman Belanda dikenal sebagai Frobelschool. Pendidikan
tersebut didirikan dengan tujuan agar anak dapat melakukan adat baru yang baik;
anak-anakpandai membaca, menulis dan berbahasa Belanda dan dengan persiapan
tersebut anak dapat masuk ke sekolah belanda.
Disamping
menerapkan sistem pendidikan Froebel secara dominan hingga akhir masa kekuasaannya,
pemerintah Belanda juga memperkenalkan metode Montessori pada tahun 1938
melalui sekolah-sekolah pendidikan guru TK. Metode pendidikan Montessori
menekankan kebebasan yang lebih besar kepada anak untuk mengembangkan gaya
individualnya.
Sasaran
pendidikannya terutama diarahkan untuk mebantu perkembangan kepribadian anak
yang spontan dan membangun rasa kompeten yang berkisar pada pengembangan
tujuan-tujan internal perkembangan seperti kemandirian, kepercayaan diri,
disiplin dari dalam diri dan kecakapan untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan
sendiri.
KISAH SEJARAH ADANYA
TK / TAMAN KANAK-KANAK PADA ZAMAN JEPANG
Sahabat
Rakyat Indonesia_ Nama Frobelschool diganti dengan nama Taman Kanak-kanak. Pada
waktu itu guru-guru belum mengenal kehidupan dan kebutuhan anak yaitu tentang
permainan, ketangkasan-ketangkasan seperti yang ada di desa-desa. Pada
pendidikan Taman Kanak-Kanak diberikan nyanyian nyanyian, permainan dan cerita
Jepang.
Tahun
1913 Ki Hajar Dewantara (yang bernama asli RM Soewardi Soejaningrat) karena
aktivitas politiknya yang semakin mengkhawatirkan pemerintah Belanda, maka
beliau diasingkan ke negeri Belanda.,.
Artikelnya
yang berjudul “als ik eens Nederlander was” (Seandainya aku orang Belanda) pada
sebuah surat kabar yang dipublikasikan secara luas sangat menyinggung
pemerintah Belanda. Dalam artikel ini ia mengungkapkan bahwa seandainya ia
orang belanda, ia akan merasa malu karena sementara merayakan hari
kemerdekaannya, dan pada saat yang bersamaan Belanda justru menjajah Indonesia.
Untungnya
selama di Belanda Ki Hajar Dewantara banyak belajar tentang pendidikan,
khususnya pendekatan Froebel dan Montessori. Ia memanfaatkan masa hidupnya di
Belanda untuk belajar ilmu jurnalistik dan pendidikan sehingga mendapat akte
mengajar pada tahun 1915.
Setelah
kembali dari Belanda, Ki Hajar Dewantara mendirikan suatu perguruan nasional
dengan nama Taman Siswa. Organisasi pendidikan ini mensponsori sekolah-sekolah
yang memadukan metode-metode dan isi pendidikan terbaik Eropa dengan budaya
terbaik Indonesia.
Dengan
kata lain sistem pendidikan ini adalah memodifikasi metode Froebel dengan
metode Montessori yang disesuaikan dengan adat timur. Program pendidikan ini
ditujukan untuk anak di bawah usia 7 tahun dan didirikan pada tanggal 3 Juli
1922 mendirikan Taman Lare (anak) atau Taman Anak atau Sekolah Fröbel Nasional
atau Kindertuin yang akhirnya disepakati dengan nama Taman Indria (Taman Indra).
Sejalan
dengan prinsip-prinsip Froebel dan Montessori, Taman Indria ini memfokuskan
arah pendidikannya kepada penajaman keterampilan-keterampilan sensorik anak. Ki
Hajar Dewantara (1889-1959) seorang tokoh pendidikan nasional dan pendiri
perguruan Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922
Pada
sekitar tahun-tahun yang sama, suatu organisasi Islam yang dikenal dengan
Persatuan Wanita Aisyiyah juga membangun lembaga pendidikan prasekolah Bustanul
Athfal yang pertama. Pembangun Bustanul Athfal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan sikap nasionalisme dan tujuan-tujuan keagamaan dalam merespon
popularitas lembaga-lembaga prasekolah yang berorientasi Eropa.
Selain
itu, selama periode pemerintahan kolonial Belanda ini, sejumlah organisasi
Islam lainnya dan pesantren juga turut membangun dan merancang program-program
prasekolahnya masing-masing. Nama Frobelschool diganti dengan nama Taman
Kanak-kanak.
Pada
waktu itu guru-guru belum mengenal kehidupan dan kebutuhan anak yaitu tentang
permainan, ketangkasan-ketangkasan seperti yang ada di desa-desa. Pada
pendidikan Taman Kanak-Kanak diberikan nyanyian-nyanyian, permainan dan cerita
Jepang.
SEJARAH PERKEMBANGAN
TK / TAMAN KANAK-KANAK PADA ZAMAN KEMERDEKAAN
Sejak
Menteri Ali Sastro Amidjoyo melalui kementerian Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan, selalu memukakan sifat-sifat budaya nasional. Untuk melaksanakan
sifat-sifat budaya nasional tersebut guru-guru TK perlu mempelajari tentang:
‐ Kehidupan anak-anak di desa-desa dan di
kampung (anak bermain dengan lingkungannya,yang dikemukakan oleh Frobell)
‐ Memperbaiki dan menyesuaikan permainan,
nyanyian dan cerita-cerita anak sesuai dengan pronsip Frobel.
‐ Kebudayaan barat dapat diambil untuk
perkembangan dan kekayaan budaya Indonesia
Pendidikan
TK dimaksudkan untuk memelihara tumbuhnya kebudayaan bangsa yang merdeka,
terutama melalui sistem pendidikan dan pengajaran. Seiring dengan perkembangan
Taman Indria, berkembang pula Taman Kanak-kanak (TK) yang merupakan adaptasi
dari konsep Kindergarten dan Taman Indria.
Perkembangan
TK jauh lebih pesat dari pada Taman Indria. Dalam perjalannya, lahir pula
Raudhatul Athfal atau RA yang merupakan penyelenggaraan program pendidikan bagi
anak usia dini dengan kekhasan agama Islam.
Baik
Taman Indria, Taman Kanak-kanak, maupun Raudhatul Athfal, sasarannya baru
mencakup anak di atas usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Dengan
demikian anak usia 0-4 tahun belum terlayani program PAUD dalam bentuk apapun.
Seiring
dengan perkembangan kebutuhan akan pengasuhan terutama bagi anak yang kedua
orangtuanya bekerja di luar rumah, muncullah program Taman Penitipan Anak atau
TPA yang awalnya hanya berfungsi sebagai tempat titip/pengasuhan anak. Sejak
tahun 1980-an, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan dunia
internasional tentang arti pentingnya pendidikan, mulai dibuka lembaga untuk
anak usia 3-4 tahun dalam bentuk Kelompok Bermain atau Kober atau KB.
Saat
itu pula kesadaran akan pentingnya stimulasi pendidikan di lingkungan TPA mulai
muncul, sehingga TPA yang awalnya hanya berfungsi sebagai tempat titip atau
pengasuhan anak ditambah menu lanyannya dengan layanan stimulasi pendidikan.
Keluarnya
PP No. 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah telah mempertegas
pelaksanaan pendidikan anak usia dini (saat itu disebut pendidikan prasekolah)
yang dimulai sejak usia 3 tahun melalui TPA dan KB.
Dalam
pengelolaannya TK di bawah pembinaan Kemdiknas (saat itu Depdikbud) dan RA di
bawah pembinaan Departemen Agama. Sedangkan TPA dan KB di bawah pembinaan
Depsos dan Depdikbud. Depsos bertanggungjawab melakukan pembinaan di bidang usaha
kesejahteraan anak, sedangkan Depdikbud bertanggungjawab melakukan pembinaan di
bidang pendidikannya.
Hal
lain yang mewarnai perkembangan dunia pendidikan prasekolah pada dekade
1980/90-an ini adalah diberlakukannya Undang-undang No. 2/1989 tentang sistem
pendidikan nasional dan peraturan pemerintah No. 27/1990 tentang system
pendidikan prasekolah.
Diberlakukannya
dua produk hukum ini semakin mempertegas kedudukan dan eksistensi pendidikan
prasekolah dalam system pendidikan di Indonesia. Secara yuridis formal,
pendidikan prasekolah diakui sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
keseluruhan system pendidikan nasional.
Begitupun
lahirnya gerakan TK Al-Qur’an terpadu dan jenis-jenis TK lainnya yang dikelola
oleh yayasan-yayasan swasta pada dekade 1980/90-an ini menambah gairah dan
semaraknya penyelenggaraan program pedidikan prasekolah di tanah air.
Ini
sekaligus merupakan suatu indikasi dari meningkatanya kesadaran dan kebutuhan
masyarakat terhadap pendidikan prasekolah ini. Selain itu, sekitar tahun 2000-an
Departemen Pendidikan Nasional mendirikan berbagai jenis TK alternatif.
Tujuan
didirikan TK alternatif ini adalah untuk pemerataan pendidikan prasekolah
artinya pemerintah melakukan perluasan layanan pendidikan yang dapat menjangkau
anak usia TK dari seluruh lapisan maasyarakat. Model TK alternatif tersebut
adalah (1) TK satu atap, (2) TK anak panggung, (3) TK Alam, (4) TK Anak pantai,
(5) TK Al Quran, (6) TK Tempat ibadah, (7) TK asuh, (8) TK Bina Anaprasa, (9)
TK Lingkungan kerja, (10) TK keliling, (11) TK Kuliah Kerja Nyata mahasiswa.
Secara
umum pengertian dari setiap jenis TK alternatif tersebut adalah TK Alam adalah
TK yang diselenggarakan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat
sebagaimana adanya.
TK
Keliling adalah TK yang dirintis oleh mahasiswa yang sdang melaskanakan program
Kuliah kerja Nyata (KKN) yang selanjutnya diselenggarakan dan dikelola oleh
masyarakat setampat melalui proses pendampingan yang berkelanjutan, yakni
melalui program-program KKN berikutnya atau program lain yang sejenis sampai
masyarakat mampu menyelenggarakannya secara mandiri.
TK
alternatif lainnya adalah model TK anak pantai. Model ini diselenggarakan dan
dikelola untuk menberikan pendidikan bagi anak usia TK di daerah pantai
terutama dari keluarga nelayan yang penyelenggaraannya disesuaikan dengan
kondisi dan situasi masyarakat pantai/pesisir.
Model
TK Al Qur’an adalah model TK alternatif yang merupakan lembaga pendidikan TK di
luar TK regular yang diselengggarakan di lingkungan masyarakat muslim sebagai
wahana pembinaan dasar-dasar keimanan, keilmuan dan akhlak yang Qur’aini,
sesuai taraf perkembangan kejiwaan dan karakteristik anak.
Model
TK Bina Anaprasa adalah jeni TK alternative yang bermaksud untuk membina anak
usia prasekolah di desa maupun di kota bagi mereka yang belum memiliki kesempatan
memasuki TK regular. Model TK alternative lainnya adalah TK lingkungan kerja
yang merupakan salah satu bentuk TK yang diselenggarakan di lingkungan tempat
bekerja untuk melayani anak-anak yang berumur 4-6 tahun dari keluarga karyawan
dan masyarakat lingkungan sekitar agar memperoleh pendidikan TK.
TK
tempat ibadah adalah salah satu model TK alternatif yang diselenggarakan di
tempat-tempat ibadah dengan memanfaatkan sebagian dari ruangan ssuai dengan
situasi dan kondisi masyarakat setempat.(Depdiknas 2001).
untuk menambah ilmu agama anda klik disini.
untuk menambah ilmu agama anda klik disini.
0 Response to "SEJARAH ASAL-USUL TK / TAMAN KANAK-KANAK PADA TIGA PERIODE / TIGA ZAMAN"
Posting Komentar